“Allah SWT telah berfirman : “Sesungguhnya aku telah melarang
semua para Nabi masuk ke dalam surga sebelum engkau (Muhammad SAW) masuk
terlebih dahulu, dan aku juga melarang semua umat memasuki surga sebelum umatmu
memasuki terlebih dahulu.” (Hadist Qudsi)
Di rangkum dari Buku Hikmah-hikmah Untuk Menuju Surga, ditulis
Drs. Aep Saepulloh MH.
Allah SWT berfirman :
“…Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu,
sebab itu janganlah engkau takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk engkau agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS.
Al-Maidah 5:3)
Diriwayatkan bahwa surat Al-Maidah ayat 3 di
atas, turun setelah waktu Ashar berselang, tepatnya pada hari Jumat di Padang
Arafah saat musim haji penghabisan (haji wada). Ketika itu Rasulullah SAW
sedang berada di atas onta Padang Arafah. Ketika ayat tersebut turun,
Rasulullah kurang begitu mengerti apa isyarat yang berhubungan dengan turunnya
ayat tersebut. Lalu, Beliau bersandar pada ontanya, kemudian onta Beliau pun
duduk secara perlahan-lahan.
Setelah itu turunlah Malaikat Jibril dan berkata :
“Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu,
maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan demikian juga
larangan-larangan-Nya. Oleh karena itu, kumpulkanlah para sahabatmu dan
beritahu mereka, hari ini adalah terakhir aku bertemu denganmu.”
Kemudian Malaikat Jibril pergi, Rasulullah SAW pun berangkat ke
Mekah dan terus melanjutkan perjalanan ke Madinah. Rasulullah mengumpulkan para
sahabat dan menceritakan apa yang telah dikabarkan Malaikat Jibril kepada dirinya.
Mendengar hal ini, para sahabat pun gembira sambil berkata : “Agama kita telah
sempurna . Agama kita telah sempurna.”
Tetapi berbeda dengan Abu Bakar Ash-Shidiq, mendengar keterangan Rasulullah
itu, ia tidak kuasa menahan kesedihannya dan langsung pulang ke rumah. Lalu
mengunci pintu rapat-rapat dan menangis sekuat-kuatnya. Abu Bakar menangis dari
pagi hingga malam.
Alam Semesta Ikut Menangis
Kisah tentang Abu Bakar menangis itu kemudian sampai kepada para
sahabat ynag lain. Lalu berkumpullah para sahabat di hadapan rumah Abu Bakar,
dan mereka berkata:
“Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat engkau menangis seperti ini?
Bukankah, seharusnya engkau gembira sebab agama kita telah sempurna.”
Mendengar pertanyaan dari para sahabat tersebut, Abu Bakar pun berkata :
“Wahai para sahabatku, kalian tidak tahu tentang musibah yang akan menimpa
kita. Tidakkah engkau tahu, saat suatu perkara itu sempurna, akan terlihat
kekurangannya. Karena itu dengan turunnya ayat tersebut suatu pertanda telah
datang waktu yang sangat menyedihkan, yaitu sebentar lagi kita akan berpisah
dengan Rasulullah SAW. Fatimah menjadi yatim dan para isteri Nabi menjadi
janda.”
Setelah mereka mendengar penjelasan Abu Bakar, sadarlah mereka akan kebenaran
kata-kata Abu Bakar. Mereka pun menangis dengan sekencang-kencangnya. Tangisan
mereka itu kemudian didengar oleh sahabat-sahabat lainnya, lantas mereka pun
memberitahu Rasullah tentang apa yang terjadi.
Berkatalah salah seorang dari sahabat : “Ya, Rasulullah, kami
baru pulang dari rumah Abu Bakar dan kami melihat banyak orang sedang menangis
dengan suara kuat di rumah beliau.”
Ketika Rasulullah SAW mendengar keterangan dari para sahabat itu, berubahlah
air muka Beliau dan bergegas menuju ke rumah Abu Bakar. Setelah sampai di rumah
Abu Bakar, Beliau melihat semua menangis dan Beliau pun bertanya : “Wahai para
sahabatku, kenapa kalian menangis?”
Ali bin Abi Thalib berkata : “Ya, Rasulullah, Abu Bakar mengatakan bahwa dengan
turunnya ayat ini membawa tanda bahwa waktu wafatmu telah dekat. Adakah ini
benar ya Rasulullah?”
Lalu Rasulullah berkata : “Semua yang dikatakan Abu Bakar adalah benar dan
sesungguhnya waktuku untuk meninggalkan kalian semua sudah dekat.”Setelah Abu
Bakar mendengar pengakuan Rasulullah SAW, ia justru menangis sekuat tenaga,
sampai ia jatuh pingsan. Sementara Ali bergetar kemudian terkapar tubuhnya.
Para sahabat lain pun menangis dengan sekuat-kuat yang mereka mampu. Sehingga
gunung-gunung, batu-batu, semua malaikat yang di langit, cacing-cacing yang
menggeliat di bumi dan semua binatang, baik yang di darat maupun di laut turut
menangis. Kemudian Rasulullah bersalaman dengan para sahabat satu persatu dan
berwasiat kepada mereka.
Rasulullah diQishash
Jangka waktu Rasulullah SAW hidup setelah turunya ayat tersebut, ada yang mengatakan
81 hari, ada yang mengatakan Beliau hidup 50 hari, ada yang mengatakan hidup
selama 35 hari dan ada pula yang mengatakan bahwa beliau hidup 21 hari. Pada
saat ajal Rasulullah SAW sudah dekat, Beliau menyuruh Bilal adzan untuk
mengerjakan salat. Lalu berkumpullah para Muhajirin dan Anshar di Masjid
Rasulullah. Kemudian Beliau menunaikan salat dua rakaat bersama semua yang
hadir. Setelah selesai salat, Beliau bangkit lalu naik ke atas mimbar, seraya
berkata : “Alhamdulillah, wahai para muslimin, sesungguhnya saya adalah seorang
nabi yang diutus dan mengajak manusia kepada jalan Allah dengan ijin-Nya. Saya
ini adalah saudara kandung kalian, kasih sayangku pada kalian seperti seorang
ayah pada anaknya. Oleh karena itu kalau ada siapapun di antara kalian yang
mempunyai hak untuk menuntut, maka hendaklah ia berdiri dan membalasku, sebelum
saya dituntut di hari kiamat.” Rasulullah berkata demikian sebanyak 3 kali,
kemudian bangkitlah seorang lelaki bernama ‘Ukasyah bin Muhshan dan berkata :
“Demi ayahku dan ibuku ya, Rasulullah SAW, kalau anda tidak mengumumkan kepada
kami berkali-kali soal ini, sudah tentu saya tidak mau mengemukakan hal ini.”
Lalu ‘Ukasyah berkata lagi : “Sesungguhnya dalam Perang Badar
saya turut bersamamu ya Rasulullah, pada saat itu saya mengikuti onta Anda dari
belakang. Setelah dekat, saya pun turun menghampiri Anda dengan tujuan supaya
saya dapat mencium paha Anda. Tetapi Anda telah mengambil tongkat dan memukul
onta Anda untuk berjalan cepat. Pada saat itu saya pun Anda pukul dan pukulan
itu mengenai tulang rusuk saya. Oleh karena itu saya ingin tahu, apakah Anda
sengaja memukul saya atau hendak memukul onta tersebut.”
Rasulullah berkata :
“Wahai ‘Ukasyah, saya sengaja memukul engkau.”
Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada Bilal:
“Wahai Bilal, pergilah engkau ke rumah Fatimah dan ambilkan tongkatku.”
Saat keluar dari masjid menuju rumah Fatimah, ia meletakkan tangannya di atas
kepala seraya berkata :
“Rasulullah SAW telah mempersiapkan dirinya untuk dibalas (diqishash).”
Ketika Bilal sampai di rumah Fatimah, Bilal memberi salam dan mengetuk pintu.
Kemudian Fatimah menyahut dengan berkata : “Siapakah yang ada di pintu?”
Bilal menjawab : “Saya Bilal, saya telah diperintah Rasulullah untuk mengambil
tongkat Beliau.”
Kemudian Fatimah berkata : “Wahai Bilal untuk apa ayahku minta tongkatnya.”
Berkata Bilal : “Wahai Fatimah Rasulullah telah menyiapkan dirinya untuk
diqishash.”
Fatimah berkata lagi : “Wahai Bilal siapakah manusia yang sampai hati
mengqishash Rasulullah SAW?”
Bilal tidak menjawab pertanyaan Fatimah. Setelah Fatimah memberikan tongkat
tersebut, Bilal pun membawa tongkat itu ke hadapan Rasulullah SAW.
Pembelaan Para Sahabat
Setelah Rasulullah SAW menerima tongkat tersebut dari Bilal, beliau pun
menyerahkan pada ‘Ukasyah. Melihat kejadian mengharukan ini, Abu Bakar dan Umar
bin Khattab tampil ke hadapan sambil berkata : “ ‘Ukasyah janganlah engkau
qishash Baginda Nabi, tetapi engkau qishashlah kami berdua.”
Ketika Rasulullah SAW mendengar kata-kata Abu Bakar dan Umar, dengan segera
Beliau berkata : “Wahai Abu Bakar, Umar, duduklah engkau berdua, sesungguhnya
Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk engkau bdrdua.”
Kemudian Ali berdiri, lalu berkata : “Wahai ‘Ukasyah! Aku adalah orang yang
senantiasa berada di samping Rasulullah SAW, oleh karena itu, engkau pukullah
aku dan janganlah engkau mengqishash Rasulullah.”
Lalu Rasulullah SAW berkata : “Wahai Ali, duduklah engkau,
sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu.”
Setelah itu Hasan dan Husein berdiri dan berkata : “Wahai ‘Ukasyah, bukankah
engkau tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah, kalau engkau mengqishash
kami sama dengan engkau mengqishash Rasululullah SAW.” Mendengar kata-kata dari
cucunya, Rasulullah SAW pun berkata :
“Wahai buah hatiku, duduklah engkau berdua.”
Berkata Rasulullah SAW : “Wahai ‘Ukasyah pukullah saya kalau engkau hendak
memukul.”
Kemudian ‘Ukasyah berkata : “Ya, Rasulullah SAW, Anda telah memukul saya
sewaktu saya tidak memakai baju.”
Lantas, Rasulullah pun membuka baju. Setelah Beliau membuka
baju, menangislah semua yang hadir.
Setelah ‘Ukasyah melihat tubuh Rasulullah SAW, ia pun mencium Beliau dan
berkata : “Saya tebus Anda dengan jiwa saya, ya Rasulullah SAW. Siapakah yang
sanggup memukul Anda? Saya melakukan ini karena saya ingin menyentuh (memeluk)
tubuh Anda yang dimuliakan oleh Allah SWT dengan badan saya. Dan semoga Allah
SWT menjaga saya dari neraka atas kehormatanmu.”
Kemudian Rasulullah SAW berkata : “Dengarlah engkau sekalian, sekiranya engkau
hendak melihat ahli surga, inilah orangnya.”
Kemudia semua para sahabat bersalam-salaman atas kegembiraan
mereka terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para sahabat pun
berkata : “Wahai ‘Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau
telah memperoleh derajat tinggi dan bertemankan Rasulullah SAW dalam surga.”
Wasiat Rasulullah SAW
Ketika ajal Rasulullah makin dekat, Beliau pun memanggil para sahabat ke rumah
Siti Aisyah dan Beliau bersabda: “Selamat datang, semoga Allah SWT mengasihi
kalian, saya berwasiat kepada
kalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dan mentaati segala
perintah-Nya. Sesungguhnya hari perpisahan saya dengan kalian sudah dekat, itu
berarti semakin dekat pula kembalinya seorang hamba kepada Allah SWT dan
menempatkannya di surga-Nya. “Kalau sampai ajalku, hendaklah Ali yang
memandikanku, Fadhl bin Abas hendaklah menuangkan air dan Usamah bin Zaid
hendaklah menolong keduanya. Setelah itu kafanilah aku dengan pakaianku
sendiri. Jika kalian menghendaki, kafanilah aku dengan kain Yaman yang putih.
Jika engkau memandikan aku, hendaklah engkau letakkan aku di atas balai tempat
tidurku dalam rumahku ini. Setelah itu kalian keluarlah sebentar meninggalkan
aku.”
“Pertama yang akan menshalati aku ialah Allah SWT,
kemudian diikuti oleh malaikat Israfil, Malaikat Mikail dan yang terakhir
malaikat Izrail beserta dengan semua para pembantunya. Setelah itu, barulah
kalian masuk semua mensalatiku.” Setelah para sahabat mendengar ucapan yang
sungguh menyayat hati itu, mereka pun menangis dengan suara yang keras dan
berkata : “Ya, Rasulullah SAW Anda adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami
dan untuk semua, selama ini Anda memberi kekuatan pada kami dan Anda pula
pemimpin yang mengurus semua perkara kami. Apabila Anda sudah tiada nanti,
kepada siapakah kami bertanya setiap ada persoalan muncul?.”
Kemudian Rasulullah SAW bersabda :
“Dengarlah para sahabatku, aku tinggalkan kepada kalian jalan yang benar dan
jalan yang terang, dan telah aku tinggalkan dua penasehat. Yang s`tu pandai bicara
dan yang satu lagi diam saja. Yang pandai bicara itu adalah Alquran dan yang
diam itu ialah maut. Apabila ada persoalan yang sulit dan berbelit di antara
kalian, hendaklah kalian kembali kepada Alquran dan Hadistku dan sekiranya hati
engkau keras, lembutkan dia dengan mengambil pelajaran dari mati.”
Setelah Rasulullah SAW berkata demikian, Beliau kemudian mulai merasakan sakit.
Dalam bulan Safar Rasulullah sakit selama 18 hari dan sering diziarahi para
sahabat.
Dalam sebuah kitab diterangkan, bahwa Rasulullah diutus pada
Hari Senin dan wafat pada Hari Senin. Pada Hari Senin penyakit Beliau bertambah
berat. Setelah Bilal selesai adzan subuh, Bilal pun pergi ke rumah Rasulullah
SAW. Sampai di sana, Bilal memberi salam :
“Assalamu’alaika ya Rasulullah.”
Lalu dijawab Fatimah : “Rasulullah SAW masih sibuk dengan urusan Beliau.”
Setelah Bilal mendengar penjelasan dari Fatimah, Bilal pun kembali ke masjid
tanpa memahami kata-kata Fatimah itu. Ketika waktu subuh hampir habis, Bilal
pergi sekali lagi ke rumah SAW dan memberi salam seperti tadi. Kali ini salam
Bilal telah didengar Rasulullah SAW. Baginda berkata :
“Masuklah wahai Bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh karena
itu, kau suruhlah Abu Bakar mengimami salat subuh berjamaah dengan mereka yang
hadir.”
Setelah mendengar kata-kata Rasulullah, Bilal pun berjalan menuju masjid sambil
meletakkan tangan di atas kepala, seraya berkata : “Aduh musibah.”
Setelah Bilal sampai di masjid, Bilal pun memberitahu Abu Bakar
tentang apa yang telah Rasulullah SAW katakan kepadanya.
Abu Bakar tidak dapat menahan dirinya saat ia melihat mimbar kosong. Lantas
dengan suara keras Abu Bakar menangis hingga ia jatuh pingsan. Melihat
peristiwa itu maka riuhlah dalam masjid, sehingga Rasulullah bertanya kepada
Fatimah : “Wahai Fatimah apa yang telah terjadi?”
Fatimah pun berkata : “Keriuhan kaum muslimin, sebab Anda tidak pergi ke
masjid.”
Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali dan Fadhl bin Abas, lalu
beliau bersandar pada kedua bahu mereka dan terus pergi ke masjid. Setelah
sampai di masjid, Rasulullah pun salat subuh bersama dengan para jamaah.
Setelah selesai salat subuh, Beliau berkata : “Wahai kaum muslimin, kalian
senantiasa dalam pertolongan dan penjagaan Allah. Oleh karena itu, hendaklah
kalian bertakwa kepada Allah SWT dan mengerjakan segala perintah-Nya.
Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kalian. Hari ini adalah hari
pertamaku di akhirat dan hari terakhirku di dunia.”
Setelah berkata demikian, Rasulullah SAW pun pulang ke rumah.
Izrail Menjemput Rasulullah
Kemudian Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Izrail :
“Wahai Izrail, pergilah engkau kepada kekasihku dengan sebaik-baik wajah, dan
jika engkau hendak mencabut rohnya, hendaklah engkau melakukan dengan cara yang
paling lembut sekali. Jika engkau pergi ke rumahnya, minta izinlah terlebih
dahulu. Kalau ia izinkan engkau masuk, maka masuklah engkau ke rumahnya dan
kalau ia tidak izinkan engkau masuk, hendaklah engkau kembali padaku.”
Setelah Malaikat Izrail mendapat perintah dari Allah SWT, Malaikat Izrail pun
turun menyerupai orang Arab Baduwi. Setelah Malaikat Izrail sampai di hadapan
rumah Rasulullah, ia pun memberi salam :
“Assalamu’alaikum yaa ahla bait nubuwwati wa ma danir risaalatia adkhulu?”
(mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kalian, wahai penghuni rumah Nabi dan
sumber risalah, bolehkah saya masuk?)
Ketika Fatimah mendengar ada orang memberi salam, ia pun berkata
: “Wahai hamba Allah, Rasulullah SAW sedang sibuk, sebab sakitnya yang semakin
berat.”
Kemudian Malaikat Izrail berkata lagi seperti semula, dan kali ini seruan
malaikat itu telah didengar oleh Rasulullah SAW, lantas beliau bertanya kepada
Fatimah : “Wahai Fatimah, siapakah di depan pintu itu.”
Fatimah menjawab : “Ya Rasulullah, ada seorang Arab Baduwi memanggilmu, aku telah
katakan padanya bahwa Anda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya dia memandang
saya dengan tajam sehingga badan saya terasa menggigil.”
Kemudian Rasulullah SAW berkata :
“Wahai Fatimah, tahukah engkau siapakah orang itu?”
Jawab Fatimah : “Tidak ayah.”
“Dia adalah Malaikat Izrail , malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu
syahwat yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua
rumah serta meramaikan kubur.” Fatimah tidak dapat menahan air matanya lagi
setelah mengetahui, bahwa saat perpisahan dengan ayahandanya semakin dekat, ia
pun menangis sejadi-jadinya.Ketika Rasulullah mendengar tangisan Fatimah,
Beliau pun berkata :
“Janganlah engkau menangis wahai Fatimah, engkaulah orang pertama dalam
keluargaku yang akan bertemu denganku.”
Kemudian Rasulullah SAW pun menjemput Malaikat Izrail masuk. Malaikat Izrail
pun masuk dengan mengucap : “Assalamu’alaikum ya Rasulullah.”
Lalu Rasulullah SAW menjawab : “Waalaikassaalam, wahai Izrail, engkau datang
menziarahi aku atau untuk mencabut rohku?”
Berkata malaikat Izrail :“Kedatangan saya adalah untuk menziarahimu dan untuk
mencabut rohmu, itupun kalau engkau izinkan. Kalau tidak engkau izinkan, aku
akan kembali.”
Berkata Rasulullah SAW :
“Wahai Izrail, dimanakah engkau tinggalkan Jibril?”
Berkata Izrail :“Saya tinggalkan Jibril di langit dunia, semua para malaikat
sedang memuliakan dia.”
Tidak berapa lama, Jibril pun turun dan duduk dekat (di samping) kepala
Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah SAW melihat kedatangan Jibril, Beliau pun
berkata :
“Wahai Jibril, tahukah engkau bahwa ajalku sudah dekat.”
Berkata Jibril : “Ya aku tahu.”
Rasulullah bertanya lagi : “Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang
menggembirakanku di sisi Allah SWT.”
Berkata Jibril :
“Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para malaikat berbaris rapi
menanti rohmu di langit. Semua pintu surga telah dibuka, dan semua para
bidadari sudah berhias menanti kehadiran rohmu.”
Berkata Rasulullah SAW :
“Alhamdulillah. Sekarang engkau katakan tentang umatku di hari kiamat nanti.”
Berkata Jibril :
“Allah SWT telah berfirman : “Sesungguhnya aku telah melarang semua para Nabi
masuk ke dalam surga sebelum engkau masuk terlebih dahulu, dan aku juga
melarang semua umat memasuki surga sebelum umatmu memasuki terlebih dahulu.”
Berkata Rasulullah SAW:
“Sekarang aku telah lega dan telah hilang rasa susahku. Wahai Izrail, dekatlah
engkau padaku.”
Setelah itu Malaikat Izrail pun mengawali tugasnya. Ketika rohnya sampai pada
ubun-ubun (pusat), Rasulullah SAW pun berkata :
“Wahai Jibril, alangkah dahsyatnya kematian itu.”
Jibril nampak mengalihkan pandangan dari Rasulullah SAW, ketika mendengar
kata-kata Beliau. Melihat sikap Jibril itu Rasulullah SAW pun berkata :
“Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka melihat wajahku?”
Jibril berkata :
“Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu di kala
engkau dalam sakaratul maut ?”
Anas bin Malik RA bercerita, ketika roh Rasulullah SAW sampai di dada, Beliau
bersabda :
“Aku wasiatkan kepada engkau agar kalian menjaga salat dan apa-apa yang telah
diperintahkan kepadamu.”
Ali bin Abi Thalib berkata :
“Sesungguhnya Rasulullah ketika menjelang saat terakhir, telah menggerakkan
kedua bibir Beliau sebanyak dua kali, dan saya meletakkan telinga saya dekat
dengan Rasulullah, seraya Beliau berkata :
“Umatku, umatku.”
Kemudian Rasulullah bersabda :
“Malaikat Jibril telah berkata kepadaku: Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah SWT
telah menciptakan sebuah laut di belakang gunung Qaf, dan di laut itu terdapat
ikan yang selalu membaca shalawat untukmu, barang siapa yang mengambil seekor
ikan dari laut tersebut, maka akan lumpuhlah kedua belah tangannya dan ikan
tersebut akan menjadi batu.”