BISMILLAHIRAHMANIRRAHIMI
Blog ini sengaja saya buat untuk mendokumentasikan makala- makala atau kitab - kitab nukilan yang sifatnya sirri atau Rahasia.Dimana nukilan-nukilan itu mulai lenyap seiring bergulirnya waktu.nukilan- nukilan yang saya cantumkan ini bermula dari ratusan tahun yang lalu, jadi saya tidak kaget kalau ada pengunjung atau pembaca yang tidak faham atau binggung,bahkan memurtadkan saya maupun para arifbillah yang punya nukilan ,atau kitab- kitab ini. pemurtadan atau pengkafiran sudah lama bergulir sejak ratusan tahun yang lalu.Namun urgensinya bukan kafir mengkafirkan tapi ta'jub dengan khazana keilmuan islam serta dalamnya pandangan daripada para ulama- ulamanya Allah dan Rasulullah oleh karena itu saya harap nukilan- nukilan yang saya dokumentasikan ini dapat menjaga pusaka- pusaka peninggalan para arifbillah atau datuk- datuk kita seperti syekh Abdul hamid ambulung,Datuk sanggul,syekh setijenal,yekh al hallaj, tuanku ta salama yusuf dan dll
Di awal blog ini saya akan mendokumentasikan kitabnya Syekh Abdul hamid ambulung.
BISMILLAHIRAHMANIRRAHIMI
Inilah risalah dari warisan atau peninggalan Al marhum Datuk H.Abdul hamid Ambulung kabupaten martapura Banjarmasin Kalimantan Selatan. Bab ini adalah menyatakan kesudahan ilmu Tahqiq tiada di peroleh lebih daripada itu walau anbiya sekalipun. fikirkan olehmu dan cari olehmu guru yang boleh mengguraikannya. Perkataan yang sedikit ini terlebih besar kaidahnya daripada dunia seisinya dan terlebih keras dari batu dan terlebih tajam daripada pedang..Inilah ilmu syuhud ,ilmu orang ahli syufi rodiallahuanhum Adapun yang jadi kalimah itu kulit Adapun yang jadi iman itu hati
Adapun yang jadi ma'rifat itu kehendak
Adapun yang jadi ilmu itu nafas
Adapun jadi surga itu otak
Inilah kita jadikan satu Dzat Allah - Taala, karena yang bernama hati itu putih jadi Tuhan kita itu nyata adanya. Sabda Nabi saw : La tualim illmul hikmati ala ghoiri ahliha fatadhlimuu wala tanhuuna. Artinya : Jangan engkau katakan ilmu hikmah itu kepada bukan ahlinya , maka dzalim engkau . Dan jangan engkau cegah akan ahlinya maka dzalim engkau akan mereka itu. Sabda Nabi asw lagi : Thalabul ilmi faridhatun ala kulli muslimin wa muslimatin. Artinya : Bermula menuntut ilmu itu fardhu atas tiap muslimin dan muslimat perempuan.
Soal: Mana asal ilmu itu ?
Jawab: Asal ilmu itu Al qur'an dan Al hadist.Jangan engkau menuntut selain itu
Soal: Mana asal Agama itu dan apa yg di katakan agama itu ?
Jawab: Asal agama itu ialah AWWALUDDINI MA'RIFATULLAH, artinya asal agama itu mengenal Allah- Adapun asal mengenal Allah itu , yaitu mengenal diri dan mengenal asal diri.
Adapun yang dikatakan agama itu ialah kumpulan daripada : Iman - islam - tauhid - ma'rifat.
Adapun arti iman itu ialah percaya dengan sebenar- benarnya kepada Allah
dan arti Islam itu ialah menjunjung segala perintah dan menjahui segala larangan Allah
Adapun arti Tauhid itu ialah meng- esakan Dzat Allah - sifat Allah - Asma Allah dan Af'al Allah.
Soal : Bagaimana meng-esakan Dzat Allah itu ?
Bagaimana meng-esakan sifat Allah itu ?
Bagaimana meng-esakan asma Allah itu ?
dan bagaimana meng-esakan af'al Allah itu ?
Jawab : Adapun meng-esakan dzat Allah itu yaitu tiada yang maujud di dalam alam semesta ini hanya Allah Taala.Bermula wujud ghairullah itu tiada haqiqat baginya , hanya seperti wujud bayang-bayang jua adanya.
Adapun meng-esakan sifat Allah itu ialah seperti : tiada yang kuasa, tiada yang berkehendak,tiada yang berilmu, tiada yang hidup, tiada yang mendengar,tiada yang melihat tiada yang hidup dan tiada yang berbicara pada haqiqatnya melainkan Allah ta ala.Adapun sifat yang dzohir pada makhluk itu adalah bayang- bayang sifat Tuhan pada hambanya, seperti wujud kita ini adalah bayang - bayang wujud Allah ta ala. Mustahil ada bayang- bayang dengan tiada yang punya wujud bayang- bayang dan mustahil pula akan bergerak bayang- bayang itu dengan tiada grak yang empunya bayang- bayang.Bermula misal ini hanyalah untuk menghampirkan faham jua dan bahwasannya Allah itu maha suci daripada segala misal. Adapun meng-esakan af'al Allah itu yaitu : Tiada yang empunya perbuatan di alam ini hanya Allah Ta-ala jua, tiada perbuatan makhluk sebesar zarrah sekalipun dan jika ada sangkamu bahwa ada perbuatan makhluk dan ikhtiar makhluk maka engkau jatuh pada syirik hukumnya. Adapun yang dinamai jahil murokab yaitu bersatunya dua kejahilan . Pertama jahil akan dirinya dan kedua jahil akan Tuhannya.
Soasl : Mengenal diri itu kemana ta'aluk atau hubugannya ?
Jawab : Adapun mengenal diri itu ta'aluqnya kepada mengenal akan Tuhan
Soal : Mengenal Allah itu kemana ta'aluknya ? Jawab : Mengenal Allah itu ta'aluknya kepada membinasakan akan wujunya, seperti sabda nabi saw : MAN ARAFA NAFSAHU FAQAD ARAFA RABBAHU WA MAN ARAFA NAFSAHU FASADAL JASADAHU. artinya : Barangsiapa mengenal akan dirinya, maka ia mengenal akan Tuhannya, dan barangsiapa mengenal akan Tuhannya maka binasalah wujud dirinya.Soal : Siapa yang mengenal dan siapa yang dikenal ? Jawab : Adapun yang mengenal itulah yang dikenal dan yang dikenal itulah yang mengenal.Seperti isysarat Nabi saw : ARAFTU ROBBI BI ROBBI, artinya : Aku kenal akan Tuhanku dengan pengenalan Tuhanku jua. Soal : Apa artinya Dzat - sifat - asma - dan af'al itu ? Jawab : Adapun artinya dzat itu dirinya dan arti sifat itu rupa atau bentuknya dan arti asma itu namanya dan arti af'al itu perbuatannya.
Kamis 21 Juli 2011
Bermula adapun mengenal diri itu atas tiga perkara : pertama: Hendaklah ia mengetahui akan asal diri Kedua: Hendaklah ia mematikan dirinya sebelum ia mati. Ketiga: Hendaklah diketahuinya akan sir Allah didalam ujud insan ini. Adapun matikan diri itu adalah sesuai dengan perintah nabi kita, sebagaimana telah disabdakannya : Mautu qabla antamutu. artinya : MATIKAN DIRIMU LEBIH DAUHULU SEBELUM DATANGNYA MATI PADA DIRIMU. Adapun cara mematikannya mematikan diri itu ialah seperti di’itiqadkannya bahwa : LA QADIRUN - WALA MURIDUN - WALA ILMUN - WALA HAYYUN - WALA SAMIUN - WALA BASHIRUN - DAN LA MUTAKALLIMUN. artinya : Tiada yang kuasa,tiada yang berkehendak, tiada yang berilmu, tiada yang hidup, tiada yang mendengar, tiada melihat dan tiada yang berkata-kata kecuali hanya Allah sendirinya pada haqiqatnya . Itulah cara mematikan diri yang dimaksud dengan mati ikhtiari. Adapun makrifat kita kepada Allah ada enam perkara : Satu makrifat kita kepada wahdaniya Allah ta-ala, yaitu Esa sendirinya walau banyak sekalipun kedzohiran , Esa juga . Kedua makrifat kita kepada Ta’dhim Allah ta-ala , yaitu akan kebesaran Allah , seperti menjadikan mkhluk. ketiga : Makrifat kita kepada anugrahnya Allah ta-ala , anugrah dzohir dan bathin . Anugrah itu hendaklah di hantarkan kembali kepada yang empunya Haq , seperti firman Allah : FALA YADZHARU ALA GHOIBIHI AHADUN ILLA LIMANIRTADLO MINROSULIN. artinya : Tiada Aku anugrahkan rahasiaku itu pada seseorang kecuali kepada yang kuridhoi dari pada rasul - Ku. Makrifat kita akan Allah ta-ala itu tiada baginya permulaan dan tiada baginya kesudahan. Ke empat : Marifat kita akan Sir Allah ta-ala dalam wujud insan , karena jikalau tiada diketahui niscaya senantiasa didalam dosa . sabda nabi s.aw. wujuduka dzambun la kiyasalahu. artinya : Bermula wujudmu atau adamu itu dosa, tiada kiayas baginya.walaupun kebaktian sekalipun , karena kebaktian itu umpama jasad dengan Roh . Demikian pula kebaktian itu tiada akan sempurna jika tiada dengan itu . Adapun mengetahui sirr Allah di dalam wujud insan ialah seperti isyarat Nabi : AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRUHU . artinnya : Adapun insan itu rahasia - Ku dan Aku adalah rahasianya insan itu. Adapun makrifat kepada Alllah itu ada tiga tingkatan , yaitu : 1 . Heran akan hidayat Allah 2 . Berjinak - jinakan artinya selalu karam di dalam musyahada - muraqabah - dan tawajjuh . 3 . Malu artinya ditiliknya akan kebesaran Allah ta- ala itu sertanya hadir dan sadar bahwa segala yang ada pada dirinya itu adalah dengan keridhaan Allah ta- ala dan kesemuanya yang ada pada dirinya adalah haq Allah Ta- ala , Seperti sabda Nabi JISMUL INSANA WA NAFSAHU WA QALBAHU WA RUHAHU WA SAM AHU WA BASHAROHU WA LISANAHU WA YADAHU WA RIJLAHU WA KULLI DZALIKA ADZHARTU LAHU WA LINAFSI BI NAFSIHI LA HUWA ILLA ANA WA LA ANA GHAIR. Artinnya : Adapun tubuh manusia itu dan nafsunya dan hatinaya dan Rohnya dan pendengarannya dan pengelihatannya dan lidahnya dan tangannya dan kakinya dan yang lainya itu Aku nyatakan bagi diriKu dengan dirinya dan tiada insan itu lai daripada Aku dan tiada Aku lain dari padanya. : Demikianlah haq Allah Ta - ala itu ada beserta kita , sebagaimana firman Allah Ta - ala WA HUWA MA'AKUM AINAMA KUNTUM WA FII ANFUSIKUM AFALA TUBSHIRUUNA :: artinya : Dan Dia Allah serta kamu dimana saja kamu berada . dan Dia ada di dalam dirimu kenapa kamu tiada melihatnya ? FirmanNya lagi, WA HUWA AQRABU MIN HABLIL WARID . Artinya dan Dia Allah lebih dekat daripada urat lehermu.
Kamis 21 Juli 2011
Bermula awal Muhammad itu Nurani yaitu Nyawa pada kita
Akhir Muhammad itu Ruhani yaitu Hati kepada kita
Dzahir Muhammad itu Insani yaitu Tubuh kepada kita
Batin Muhammad itu Robbani yaiyu Rahasia kepada kita.
Yang di katakan syariat itu ialah Tubuh Rasulullah
Yang di katakan Thariqat itu ialah Hati Rasulullah
Yang di katakan Haqiqat itu ialah Nyawa Rasulullah
Yang di katakan Marifat itu ialah Rahasia Rasulullah
Adapun makna Tubuh Rasulullah itu ialah Rohani
Adapun makna Hati Rasulullah itu ialah Roh Rohani
Adapun makna Nyawa Rasulullah itu ialah Roh idzofi
Adapun makna Rahasia Rosulullah itu
Adapun syariat itu hancur kepada Thariqat dan thariqat itu hancur kepada haqiqat dan haqiqat itu hancur kepada NUR, Itulah bayang- bayang Allah yang sebenarnya karena syariat itu adalah af\al Allah dan thariqat itu adlah asma Allah dan haqiqat itu adalah sifat Allah dan makrifat itu adalah wujud Allah yang mutlak. Maka sempurnalah jalan kita yaitu jalannya orang yang ARIFBILLAH. Adapun matinya orang syariat itu hancur dan matinya orang thariqat itu kurus kering dan matinya orang haqiqat itu tidak di rusak dan matinya orang makrifat itu lenyap, kembali kepada mulanya. Inilah jalan mengenal diri yang hidup tidak bisa mati.
Bermula adapun martabat Tuhan itu tiga perkara . Pertama : Ahadiyah. kedua wahdah dan ke tiga wahidiyah , kesemuanya itu qaddim lagi ajalli atau azali . Adapun martabat hamba itu empat perkara , yaitu : 1.Alam Roh . 2 . Alam Misyal . 3 . Alam ajsam . 4 . Alam insan . Keempat martabat itu semuanya baharu dan semuanya itu adalah bayang - bayang daripada martabat yang ke tiga itu jua . Mustahil bergerak bayang - bayang itu dengan tiada yang empunya bayang - bayang , Misyal ini hendaklah engkau tanyakan kepada ahlinya agar sempurna kita mengenal diri , Seperti sayyina Ali berkata : MAN NADZORO SYAIAN MA LAM YAROLLHU FIHI FAHUWA BATHILUN . artinya : Barang siapa melihat kepada sesuatu tetapi tiada ia melihat Allah di dalamnya maka sia - sia pengelihatannya itu . Karena yang di katakan haqiqat itu adalah satu . Adapun makrifat kita kepada Dzat Allah itu ialah seperti kata syekh Ahmad wali sembilan : Tiada buih melainkan ombak dan tiada ombak melainkan laut dan tiada laut melainkan air jua . Maka dengan misyal ini , Kita pandang tiada buih tiada ombak tiada laut melainkan wujud air semuanya , ini ibarat dzikir LA ILAHA ILLA ALLAH , maksudnya tiada yang maujud dunia akhirat kecuali hanya Allah . Adapun rahasia -Nyawa - hati dan tubuh ,maka rahasia itu termuat didalam tubuh dan tersembunyi di dalam Nyawa .Rahasia-hati-nyawa ketiganya itu maujud pada diri kita. maka inilah misal, kita pandang badan menujukkan Nyawa -kita pandang nyawa menujukkan rahasia.dan manusia itu terdiri daripada nyawa dan badan .inilah yang menerima rahasia seperti kata :
Soal : Dzat - sifat - asma af'al itu apa kepada kita ?
Jawab :
Adapun Dzat itu rahasia pada kita
Adapun sifat itu nyawa kepada kita
Adapun asma itu hati kepada kita
Adapun af'al itu tubuh kepada kita
Soal : Berapa jalannya pada tubuh manusia ?
Jawab :Yaitu empat jalan
Pertama jalan syariat
Kedua jalan tharqat
Ketiga jalan haqiqat
Keempat Jalan makrifat
Soal : Syariat - thariqat - haqiqat - dan makrifat itu apa kepada Rasulullah ?
Jawab : Adapun syariat itu perkataannya
Adapun thariqat itu jalannya
Adapun haqiqat itu tempat kediamannya
Adapun makrifat itu kelakuannya, lengkap seluruhnya.
Soal : Syariat - thariqat - haqiqat - dan makrifat itu mana istananya ?
Jawab : Syariat itu istananya pada lidah
Thariqat itu istananya pada hati
Haqiqat itu istananya pada Nyawa
Makrifat itu istananya pada lingkup seluruh badan
Soal : Syariat - Thariqat - Haqiqat - dan Makrifat itu daripada apa ?
Jawab : Adapun syariat itu daripada tanah
Adapun thariqat itu daripada air
Adapun Haqiqat itu daripada Angin
Adapun Makrifat itu daripada Api
Adapun syariat dari tanah itu ialah Badan Muhammad
Adapun thariqat dari air itu ialah Cahaya Muhammad
Adapun haqiqat dari Angin itu ialah Nafas muhammad
Adapun Makrifat dari Api itu ialah pengelihatan muhammad
Ketahui olehmu hai thalli ( orang yang menuntut Akhirat ) bahwasannya tidak sempurna seseorang mengenal dirinya melainkan harus terlebih dahulu mengetahui akan asal diri dan mula- mula sekali dijadikan Allah ta-ala, seperti kata syekh Abdullah ibnu abbas Ya junjunganku apa mula - mula sekali dijadikan Allah , maka Nabi bersabda INNALLAH KHOLAQO QOBLAL ASYA'A NUURUN NABIYYUKA : artinya : Bahwasannya Allah ta-ala menjadikan dahulu daripada segala asya'a ( sesuatu ) yaitu cahaya Nabimu. Maka nyatalah Roh Nabi kita itu di jadikan Allah ta-ala lebih dahulu daripada yang lainnya dan di jadikan ia dari pada Nur DzatNya seprti sabda Nabi : INNALLAHA KHOLAQORRUHA ANNABIYYA SOLLALLAHU ALAIHI WASALLAMA MIN ZDATIHI. Artinya : Bahwasannya Allah ta-ala telah menjadikan Roh Nabi SAW yaitu daripada DzatNya. Nabi bersabda : ANA ABUL ARWAHA WA ADAMA ABUL BASYARA. atinya : Aku bapak segala Roh dan Adam itu bapak segala batang tubuh. Maka nyatalah bahwa segala batang tubuh manusia itu di jadikan Allah daripada tanah. sebagaimana firman Allah : KHOLAQOL INSANA MIN THINI atinyaa : Aku jadikan insan(Adam ) daripada tanah. adapun tanah itu daripada air dan air itu di jadikan daripada nur Muhammad Jadi nyatalah batang tubuh dan Roh kita ini jadi daripada nur Muhammad maka Muhammad jualah namanya , tiada lainnya. Karena tubuh kita yang kasar ini tiada dapat mengenal Allah melainkan dengan nur Muhammad jua, karena itu dinamakan pohon bastho yakni yang hamoir ada wujudnya . Maka barangsiapa yang memisrakan nur Muhammad dengan segala batang tubuhnya dan Rohnya maka iapun memisrakan Tuhannya. Maka janganlah engkau bahwa segala perbuatan itu lain daripada nur Muhammad, seperti- pengelihat - pendengar - pencium - pengerasa - dan sebagainya, hanya semat mata karena nur Muhammad jua. seperti firman Allah : KHOLAQTU LINNAFSI WA KHOLAQTU KULLI SYAIIN LAKA. artinya : Aku jadikan engkau ya Muhammad karena Aku dan Aku jadikan semesta sekalian alam ini karena engkau ya Muhammad. BERMULA SEBENAR-BERNARNYA DIRI ITU NYAWA , SEBENAR- BENARNYA NAYAWA ITU NUR MUHAMMADDAN NUR MUHAMMAD ITU ADALAH SIFAT, YAITU SIFAT HAYAT BUKAN SIFAT HAYYUN TETAPI TIADA LAIN. Mwnurut kata setengah ulam bahwa yang sebenar-benarnya diri itu Roh, tatkala Roh masuk pada tubuh Nyawa namanya. Tatkala ia keluar masuk nafas namanya dan tatkala ia berkehendak pada sesuatu ihtiar namanya, dan tatkala ia ingin akan sesuatu nafsu namanya, tatkala ia ingat akan sesuatu arif namanya , dan tatkala ia percaya akan sesuatu iman namanya, dan tatkala ia memperbuat sesuatu akal namanya dan pohon akal itu ialah ilmu, itulah sebenar- benarnya diri dan kepada diri itulah dzahir Tuhan- nya. seperti dalil yang berbunyi : MAN ARAFA NAFSAHU FAQAD ARAFA RABBAHU : artinya, Barangsiapa mengenal akan dirinya sesungguhnya mengenal ia akan Tuhan - nya
mereka dengan TUHANnya
PANTUN HAKEKAT MAULANA SAIDI SYEKH MUHAMMAD HASYIM AL-KHALIDI Q.S
(Maulana Lahir Tahun 1863 di Padang, merupakan seorang Wali Qutub yang membawa Thareqat Naqsyabandi dari Jabbal Qubais Mekkah, berpulang kerahmatullah pada hari rabu, tgl 07 April 1954 jam 13.05 siang dalam usia 87 tahun, dan dimakamkan di Buayan Lubuk Alung Sumatra barat)
Mengenai peramalan dari Dzikrullah menurut Beliau harus diamalkan secara berkesinambungan sesuai syairnya:
Kalau ingin tahu diparak ganting
Lihatlah dari guguk pelana
Kalau ingin tahu dilemaknya emping
Kunyalah dahulu lama-lama
Agar Tuhan dengan kita harus di upayakan dengan amal yang sungguh-sungguh, sehingga lebih dekat dengan urat leher kita sendiri, seperti Fatwanya:
Payah-payah mencari bilah
Bilah ada di dalam buluh
Payah-payah mencari Allah
Allah sangat dekat dengan tubuh
Cintanya kepada Allah, Rasul dan Guru dikiaskannya dalam pantunnya :
Guruh petir menuba limbat
Pandan serumpun di seberang
Tujuh ratus carikan obat
Badan bertemu maka senang
Dendang dua dendang tiga
Pecah periuk pembuat rendang
Biar makan biar tidak
Asal duduk berpandangan
Baginya menguasai ilmu metafisik bukan tujuan, tdk ada artinya metafisik tanpa Allah,tujuannya adalah “ ilahi anta makasudi waridhoka matlubi “ dan bagi orang
Yg beserta Allah tdk akan dpt dicederai dgn ilmu metafisik jenis apa pun,
Sesuai kias Beliau :
Pucuk sijali si jalintas
Pucuk sijali si jali muda
Dilangit tuan melintas
Kami dibalik itu pula
Segala derita diseluruh dimensi alam adalah masalah, dan segala masalah hanya dapat diatasi dgn dimensi yg dapat mengatasi masalah,Menegembalikan semua masalah pada dimensi absolute dgn teknik tertentu yaitu Allah SWT secara realita ( bukan khayalita ) membuat masalah akan selesai,denegan memberi hikmah kepada siapa saja yg terlibat dalam masalah tsb, seperti petuah Beliau:
Padi pulut tiga tangkai
Dibawa orang indrapura
Dunia kusut akan selesai
Mereka berkata alam menjadi dalil wujud Allah
aku pandang pada alam
Allah tidak kelihatan
mana mungkin ada kekuatan alam
mempamer wujud Tuhan
bukankah Allah tidak memerlukan alam
Dia yang zahir dan Dia yang batin
Dia yang awal dan Dia yang akhir.
Aku pandang ke dalam hatiku
zat rahsiaku diterangi Rahsia Ilahi
kemudian akau pandang kepada alam
baharu aku melihat Cahaya-Nya meliputi alam
aku pandang lagi kepada alam
cahaya-Nya kembali terhijab dari pandangan
lalu aku pindahkan alam ke dalam hatiku
aku kembali melihat Cahaya Ilahi meliputi alam.
Cahaya-Nya hanya boleh dipandang oleh zat rahsiaku
apabila aku menyatu dengan zat rahsiaku
tanpa takwil tanpa hujah tanpa terka
tanpa ulasan tanpa kupasan tanpa huraian
hanya yakin dan larut di dalam keyakinan
bahawa aku tidak terpisah daripada zat rahsiaku
baharu dapat aku saksikan Cahaya-Nya
tanpa rupa tanpa warna
hanya jelira di dalam yakin
sesungguhnya Cahaya Engkau yang aku pandang.
Apa jua yang nyata
bila aku halakan pandangan ke sana
daku tidak melihat wujud di situ
hinggalah akau halakan pandangan ke dalam hati
baharulah aku melihat wujud menyertainya.
apa itu Tauhid dan apa lawannya ?Apa itu TAUHID dan Apa Lawannya ?
Masalah aqidah atau tauhid adalah suatu masalah yang sangat penting, yang merupakan dasar dalam agama islam ini. Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukannya. Hanya amal yang dilandasi dengan tauhidlah menurut tuntunan Islam yang akan menghantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di alam Akhirat nanti.
Perhatikan baik-baik firman Allah `Azza wa Jalla:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik lagi dari apa yang telah mereka kerjakan .”(An-Nahl:97).
Dan bila umat Islam tidak bertauhid maka ia akan sangat rapuh dan lemah. Dan dakwah tauhid merupakan dakwahnya para Nabi dan Rasul
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk menyerukan): ”Beribadahlah kepada Allah (saja) dan jauhilah thaghut (setiap yang diagungkan -selain Allah- dengan disembah, ditaati, atau dipatuhi; baik yang diagungkan itu berupa batu, manusia, ataupun syetan dll).” (An-Nahl:36).
Menjauhi thagut yaitu: dengan mengingkarinya; membencinya tidak mau menyembahnya dan memujanya baik dalam bentuk dan cara apapun.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kecuali kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya mencapai usia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka, serta ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu kepada mereka berdua dengan penuh kasih-sayang, dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka keduanya telah mendidiku waktu kecil.”(Al-Isra’:23-24).
“Beribadahlah kamu sekalian kepada Allah (saja) dan janganlah berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya.”(An-Nisa’:36).
Berdasarkan pada pentingnya peranan tauhid dalam kehidupan manusia, maka wajib bagi setiap muslim untuk mepelajarinya.
Tauhid ialah pemurnian ibadah kepada Allah, yaitu: menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekuen, dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya.
Termasuk tauhid iman kepada Allah SWT, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan dibangkitkannya manusia setelah mati serta iman kepada Qodar yang baik maupun yang buruk. Untuk memudahkannya para ulama telah membagi tauhid menjadi tiga yaitu:
1. Tauhid Rububiyah yaitu mengakui secara lahir dan batin bahwa Allah adalah pemilik segala sesuatu, penguasa, pencipta, pemberi rezki, yang menghidupkan dan mematikan. Dia adalah pengatur alam ini baik yang atas maupun yang bawah dan Dialah Allah yang mengabulkan (permintaan) orang yang kesusahan apabila ia mau berdo’a serta Dia pula yang menghilangkan kesusahannya. Tauhid ini telah di akui oleh orang-orang musyrikin zaman dahulu dan mereka tunduk padanya (kecuali sebagian dari mereka yang sombong dan ingkar) tetapi mereka tidak bertauhid dengan tauhid Uluhiyah dan tauhid Asma’ wa Shifat.
2. Tauhid Uluhiyah yaitu mentauhidkan Allah SWT di dalam beribadah kepada-Nya dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Dan kebanyakan yang diobati oleh para Rasul pada diri kaum mereka adalah tauhid ini, yakni agar manusia tidak memalingkan sesuatu apapun dari ibadah kepada selain Allah SWT, tidak kepada malaikat muqarrabin, tidak kepada Nabi yang diutus, tidak kepada wali yang shalih dan tidak kepada siapapun dari makhluk ini. Karena ibadah tidak boleh kecuali untuk Allah SWT perhatikan firman-Nya:
“Aku menciptakan jin dan manusia, tiada lain hanyalah untuk beribadah kepada-Ku.”(Adz-Dzriyat:50)
Ibadah ialah penghambaan diri kepada Allah Ta’ala dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Ibadah berarti juga segala perkataan dan perbuatan, baik lahir maupun batin, yang di cintai dan diridhai Allah. Dan suatu amal diterima dan diridhai oleh Allah sebagai suatu ibadah apabila diniati ikhlas semata-mata karena Allah dan mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam.
3. Tauhid Asma’ dan Shifat yaitu beriman kepada semua nama-nama dan sifat-sifat Allah dengan apa yang telah di tetapkan di dalam Al-Qur’an dan beriman kepada semua sifat yang Rasulullah SAW mensifatkan Allah SWT dengannya tanpa tahrif yaitu mengubah lafazh, nama dan sifat atau mengubah maknanya atau menyelewengkan dari makna sebenarnya, ta’thil yaitu menghilangkan dan menafikan (meniadakan) sifat-sifat Allah atau mengingkari seluruh atau sebagian dari sifa-sifat Allah, takyif yaitu menerangkan keadaan yang ada padanya sifat atau mempertanyakan “ bagaimana? ” sifat Allah itu atau menentukan bahwa sifat Allah itu hakikatnya begini, seperti menayakan bagaimanakah Allah bersemayam? Atau bagaimana wajah Allah? Dan yang sepertinya. Berbicara tentang sifat berarti sama pula berbicara tentang dzat. Allah mempunyai dzat yang kita tidak mengetahui kaifiyatnya, maka demikian pula Allah mempunyai sifat yang kita tidak mengetahui kaifiatnya. Hanya Allah yang mengetahui dan kita wajib mengimani tentang hakikat maknanya, tamtsil atau tasybih yaitu mempersamakan atau menyerupakan sifat Allah dengan makhluk-Nya.
Contoh:
Bahwasanya Allah SWT menamai diri-Nya dengan al-Hayyu (hidup) dan qayyum (terus-menerus mengurus makhluk) maka wajib bagi kita beriman bahwa al-Hayyu adalah nama dari nama-nama Allah SWT dan wajib bagi kita beriman kepada apa yang terkandung dalam nama tersebut berupa sifat hayat (hidup) yang sempurna, yang tidak didahului dengan ketidakadaan dan tidak diikuti oleh kefanaan.
Manusia mempunyai wajah dan monyet juga mempunyai wajah dan namanya sama tetapi bentuknya tidak sama dan apakah wajah kita mau disamakan dengan wajah monyet? Tentu tidak. Dan Allah SWT mempunyai wajah, mempunyai dua tangan dan kedua-duanya kanan, mempunyai kaki, tentu tidak sama dengan makhluk Nya, tetapi namanya sama dan dzatnya tidak sama.
Sebagaimana firman-Nya:
“Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”.
(Ar-Rahman:27)
“Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada (adam) yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku”. (Shad:75)
Hadits Abi Musa al-Asy’ari RA: “Sesungguhnya Allah Ta’ala selalu mengulurkan tangan-Nya pada malam hari untuk mengampuni orang yang berbuat dosa di siang hari, dan mengulurkan tangan-Nya di siang hari untuk mengampuni orang yang berbuat dosa di malam hari hingga matahari terbit dari barat (kiamat)”. Riwayat Muslim (2760).
Hadits Abu Hurairah RA: “..Dan Dia menggulung langit dengan tangan kanan-Nya..”. Riwayat Bukhari (7382) dan Muslim (2787).
“Yang pertama kali diciptakan Allah adalah pena yang kemudian diambil dengan tangan kanan-Nya dan kedua tangan-Nya kanan...”. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Ashim dalam buku “as-sunnah” (106) dan al-Ajriy dalam “
as-Syariah” dan dishahihkan oleh al-Albaniy.
Hadits Abu Hurairah RA tentang dalil adanya surga dan neraka yang di dalamnya: “...Adapun neraka ; tidak akan penuh terisi hingga Allah SWT meletakan kaki-Nya” dan menurut lafad Muslim: “telapak kaki-Nya”, kemudian neraka berkata: “Cukup, cukup...” Diriwayatkan oleh Bukhari (4850) dan Muslim (2846).
Maka kita wajib mengimani bahwa Allah mempunyai wajah, tangan, kaki dan kita tidak diperbolehkan membayangkan atau mengira-gira dan menanyakan bagaimana dzatnya atau bentuknya karena ilmu kita terbatas dan akal kita tidak akan sanggup menerkanya, sedang Allah Maha mengetahui. " Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia " (Q.S. Al Ikhlas :4)
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Berfikirlah tentang nikmat-nikmat Allah, dan jangan sekali-sekali engkau berfikir tentang Dzat Allah " (Hadits hasan, Silsilah al Ahaadiits ash Shahiihah)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: " Sesungguhnya syaitan mendatangi salah seorang dari kamu, lalu berkata: 'Siapakah yang telah menciptakan ini ? Siapakah yang telah menciptakan itu ? ' Hingga syaitan berkata kepadanya: 'Siapakah yang menciptakan Rabbmu ?'. Jika sudah sampai demikian, maka hendaklah ia berlindung kepada Allah dengan mengucapkan isti'adzah dan berhenti " (HR Al Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: " Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: 'Sesungguhnya umatmu akan terus-menerus bertanya apa ini, apa itu ? " Hingga mereka bertanya: 'Allah telah menciptakan ini dan itu lalu siapakah yang menciptakan Allah ? " (HR Muslim)
Dalam riwayat lain ditambahkan: " Jika demikian halnya, mereka akan tersesat "
" Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka ".(Q.S. Ali Imran : 190-191)
Termasuk tauhid mengenal siapa Rabb kita, apa nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya dan kita juga perlu tau dimana Dia, karena kita menujukan ibadah kepada-Nya
Di mana Allah?
Allah di atas langit di atas ‘Arsy Dia bersemayam diatasnya sebagaimana firman-Nya:
Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada keizinan-Nya. Yang demikian itulah Allah Rabb kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah matahari, kamu tidak mengambil pelajaran. (QS. Hud:3)
(Yaitu) Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas ‘Arsy (QS. Thoha:5)
Bila kita membahas tentang tauhid, maka kita perlu tau lawan dari tauhid yaitu syirik. Syirik terbagi menjadi dua yaitu:
• Pertama syirik besar yang dapat menyebabkan pelakunya keluar dari Islam dengan catatan sudah datang hujjah\dalil atau keterangan dari Al-Qur’an ataupun sunnah bahwa perbuatan itu syirik dan dia tetap pada kesyirikannya dan pelakunya kekal di neraka bila mati dalam kesyirikan dan belum sempat bertaubat selama hidupnya didunia.
Contoh: orang yang berdoa’ kepada selain Allah seperti berdo’a atau memohan kepada kubur-kubur, berdo’a kepada orang yang telah mati, kepada wali-wali yang telah mati dll.
Dan Rabbmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina. (Al-Ghafir:60)
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya Do’a itu adalah ibadah (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah).
Oleh karena itu tidak boleh ibadah ditujukan kepada selain Allah.
Dan termasuk syirik juga yaitu mengaku mengetahui perkara-perkara yang gaib seperti dukun-dukun, paranormal, tukang ramal, tukang sihir yang mereka ini tidak lain berkerjasamanya dengan syaitan. Karena pada hakekatnya hanya Allah sajalah yang mengetahui hal yang gaib dan kita tidak menggetahuinya kecuali sebatas apa yang di beritakan atau di khabarkan di dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih seperti adanya adzab kubur, fitnah kubur (akan ditanya, di uji dan di coba didalam kubur), nikmat kubur, dikumpulkannya manusia di padang maksyar, ditegakkanya timbangan, dibukanya catatan amal, adanya hisab, Al-Haudh (telaga), Shirat, Syafa’at, surga, neraka dll.
“Katakanlah, Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetuhui perkara yang gaib, kecuali Allah.”(An-Nahl:65)
“Barangsiapa bertanya kepada peramal atau ahli nujum, kemudian ia percaya apa yang dikatakannya, berarti ia telah mengingkari apa yang diturunkan kepada Muhammad
(Al-Qur’an).”(HR. Ahmad).
“Tidak termasuk golongan kami orang yang melakukan atau meminta tathayyur, meramal atau diramalkan, menyihir atau meminta disihirkan; dan barangsiapa mendatangi tukang ramal lalu mempercayai apa yang diucapkanya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”(HR. Al-Bazzar dari ‘Imran bin Hushain dan dihasankan oleh al-Albaniy).
“Barangsiapa mendatangi seorang peramal dan menayakan sesuatu kepadanya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari.”(HR. Muslim).
Maka haram hukumnya mempercayai ahli nujum, dukun, peramal, orang pintar, tukang sihir, orang yang mengaku mengetahui jiwa orang atau isi hati orang atau peristiwa-peristuwa yang lalu yang tidak diketahui orang atau mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Misal orang yang mempercayai ramalan bintang (seperti bintang scorpio, gemini, cancer dll) atau mempercayainya lewat peramal\dukun yang menceritakan tentang cinta, jodoh, kesehatan, rezki, rumah tangga, mencarikan barang yang hilang dll. Tetapi kadang-kadang yang dikatakannya itu betul atau kejadian maka itu sebenarnya hanyalah dugaan dan kebetulan saja, umumnya tidak lebih dari dusta karena bisikan syaitan dan andaikata mereka mengetahui hal-hal yang ghaib, niscaya mereka akan mengambil harta yang tersimpan dalam perut bumi ini sehingga mereka tidak lagi menjadi orang yang fakir yang kerjanya mengelabui orang hanya sekedar mencari sesuap nasi dengan cara yang batil.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang menggantungkan jimat, maka sesungguhnya ia telah melakukan kesyirikan/menyekutukan Allah.” (HR. Ahmad dan Hakim)
“Sesungguhnya jampi-jampi (mantera) dan jimat dan guna-guna (pelet) itu adalah syirik.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, Hakim dari jalan Abdullah bin Mas’ud.)
Maka termasuk syirik memakai atau menggantungkan jimat baik itu merupa gelang, cincin, keris, bacaan tertentu yang di tulis dikertas\dikain atau yang di isi ke badan atau sesuatu benda apa saja, meskipun itu terdiri dari ayat-ayat Al Qur’an, yang umumnya ditempelkan di depan-depan rumah (yang di yakini sebagai penjaga dari gangguan jin atau syaithan/hantu/dedemit/tuyul dan lain-lain atau dapat menarik manfaat dan menolak mudharat atau mara bahaya) atau dikalungkan dileher, atau ayat-ayat itu dimasukan digelas yang berisi air lalu airnya diminum (yang menyebabkan ia kebal dibacok, dipukul, dibakar karena memakai jimat itu atau mantra-mantra terus bisa jalan diatas air, bisa hilang, bisa nebak\mendeteksi penyakit tanpa pemeriksaan, dan keanehan-keanehan lain yang tidak masuk akal).
Semuanya itu termasuk bentuk jimat yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Karena Al Qur’an diturunkan bukanlah untuk itu, akan tetapi Allah turunkan Al Qur’an supayah menjadi petunjuk bagi umat manusia. Kecuali meruqyah atau memanterai atau menjampi dengan ayat-ayat Al Qur’an yang telah dibenarkan oleh syara’. Seperti meruqyah orang yang kesurupan dengan membaca ayat Kursi, surat Al-Baqarah, al-falaq, An-nas dan lain-lain.
Soal : Apakah syirik yang dimaksud di atas syirkul ashghar (syirik kecil) atau syirkul akbar (syirik besar)?
Jawab: Tergantung i’tiqad (keyakinan) orang yang memakainya. Jika dia meyakini bahwa dzat dari jimat tersebut yang dapat memberi manfaat atau menolak mudlarat maka tidak syak lagi hukumnya adalah syirkul akbar. Akan tetepi apabila dia meyakini bahwa dzat dari jimat tersebut hanya sebagai sebab sedangkan yang memberi manfaat atau menolak mudlarat Allah, maka hukumnya syirkul ashghar karena Allah tidak menjadi sebab pada jimat atau mantera yang tidak Ia syari’atkan.
• Dan kedua syirik kecil yang tidak menyebakan pelakunya keluar dari Islam dan pelakunya tidak kekal di neraka tetapi termasuk dosa besar diatas dosa besar lainya seperti bersumpah dengan nama selain Allah, Riya’ (memperlihatkan suatu bentuk ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu orang-orang pun memujinya), Sum’ah (beramal dengan tujuan untuk didengar oleh orang lain atau mencari popularitas), ‘Ujub (masih kategori riya’ hanya saja Syaikhul Islam Ibnu Taimiah membedakan keduanya dengan mengatakan bahwa: “Riya’ masuk didalam bab menyekutukan Allah dengan makhluk, sedang ujub masuk dalam bab menyekutukan Allah dengan diri-sendiri, Al fatawa,10/277) dan riya’, sum’ah, ‘ujub adalah merupakan faktor perusak-perusak keikhlasan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Janganlah kamu bersumpah dengan nama bapakmu, atau ibumu, atau sekutu-sekutu. Janganlah kamu bersumpah kecuali dengan nama Allah. Dan janganlah kamu bersumpah kecuali dengan berkata benar.”(HR. Abu Daud, shahihul Jami’ no. 7126).
Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah maka ia telah berbuat syirik.(HR. Ahmad)
“Sesuatu yang paling aku khawatirkan kepada kamu sekalian adalah perbuatan syirik kecil.” Ketika ditanya tentang maksudnya, beliau menjawab: "yaitu riya'.”(HR. Ahmad, Ath-Thabarani, dan Baihaqi dalam kitab Az-Zuhd).
Maka hendaklah kita berhati-hati dari berbuat syirik karena syirik merupakan dosa yang paling besar yang akan menghapuskan amal-amal kita dan orang yang berbuat syirik tempatnya di neraka dan Allah tidak akan mengampuni dosa syirik apabila ia mati dalam keadaan syirik dan belum sempat bertaubat di dunia dan pertolongan Allah tidak akan datang atau diberikan kepada orang yang berbuat kesyirikkan.
Firman Allah `Azza wa jalla:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik , tetapi Dia mengampuni segala dosa selain (syirik) itu bagi siapa pun yang dikehendaki-Nya.”(An-Nisa’:48,116).
“Jika kamu mempersekutukan (Allah); niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”(Az-Zumar:65).
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun. (Q.S. Al Maidah : 72)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda : " Jauhilah tujuh perkara muubiqaat (yang mendatangkan kebinasaan) ! ". Para shahabat bertanya: 'Apakah ketujuh perkara itu, wahai Rasulullah ?'. Rasulullah menjawab: 'Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang dibenarkan syari'at, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri dari medan pertempuran, melontarkan tuduhan zina terhadap wanita-wanita mukminah yang terjaga dari perbuatan dosa dan tidak tahu menahu dengannya ' ". (HR Bukhari dan Muslim)
Nabi Ibrahim `alaihissalam berkata:
“…dan jauhkanlah aku dan anak cucuku dari (perbuatan) menyembah berhala-berhala.”(Ibrahim:35).
Dan masih banyak bentuk kesyirikan yang lain yang belum kita ketahui maka perlu kita terus menuntut ilmu syar’i dan kita berlindung kepada Allah dari berbuat syirik, baik itu yang besar maupun yang kecil.
Bila ada kritik dan saran harap hub
e-mail: Ridwananas@yahoo.com
Sumber:
Al Qur’an dan terjemahannya
Kitab Tauhid, syaikh Muhammad At Tamimi
Bimbingan Islam untuk pribadi dan masyarakat, syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
Majmu’ Fatawa (bab aqidah), syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin
Mengungkap Kesempurnaan sifat-sifat Allah dalam Al-Quran dan As-Sunnah, Alawy bin Abdul Qodir As-Segaf
Dan lain-lain
AKU….
Aku bukanlah Allah
Aku bukanlah Dzat Allah
Aku adalah jasad
Aku adalah makhluk
Aku tidak ubahnya dosa berjalan
Aku adalah nafsu yang membara
Aku adalah diri
Aku akan fana dalam Aku
Maka..
Aku adalah haqiqat Easa
Aku adalah puncak ikhlas
Aku adalah Allah
Aku ynga telah meng-Esakan Aku
Dalam Aku
Aku adalah Allah
Aku adalah EsaNya
Aku adalah DzatNya
Aku adalah haqiqatNya
Aku adalah diriNya
Aku adalah DIA
Aku adalah Allah
Allah adalah Aku
EsaNya bukan satu
EsanYya bukan bilangan
EsaNya bukan tunggal
EsaNya bukan jumlah
EsaNya bukan kata
EsaNya bukan termanai
EsaNya bukan di maknai
EsaNya adalah Aku ….Aku
hanya Aku
Aku hanya dalam diriku dalam diriNya
Aku telah membunuh dalam fanaku
Aku telah singgah dalam hatiku
Aku telah menguasaiku
Aku haqiqat diriku
Aku adalah Allah s. S.W.T
Aku melaju dengan perahu syariaku
Aku lenyap dalam doaku
Aku lenyap dalam dzikirku
Aku bunuh diri dalam ibadahku
Aku terpikat diriku
Aku berkelana dalam diriku
Aku menjadi pemimpinku
Aku berjalan dalam diriku
Aku bertatap muka denganku
Aku mengembaradalam jiwaku
Aku tersesat dalam sukmaku
Aku terus berkelana dalam diriku
Aku bertemu dengan rohku
Aku terbimbing oleh dzikirku
Aku berbaju ikhlasku
Aku tak perduli diriku
Aku tak perduli kamu dan mereka
Aku hanya akan berenag dalam bahterahku
Aku terlancur mencintaku
Aku akan fana dalam AKU
AKU adalah ALLAH.
Perkara yang wajib dima’rifati (dikenal secara utuh) dari tentang Alloh:
1 . Eksistensi Dzat-Nya.
2. Eksistensi Sifat-Sifat-Nya.
3. Eksistensi Asma-Nya.
4. Eksistensi Af’al-Nya.
5. Eksistensi Rububiyah-Nya.
6. Eksistensi Mulkiyah-Nya, dan
7. Eksistensi Uluhiyah-Nya.
1. Eksistensi Dzat Alloh.
Dzat Alloh itu hanya ada satu, tidak dua, tidak tiga, dst. Langit dan bumi beserta seluruh isinya; manusia, hewan, binatang, tumbuhan, matahari, bulan, bintang, planet, orang Islam, kristen, hindu, budha,koh hu cu dan lain-lain; tuhannya hanya satu, yakni Alloh Qs 112:1-4
Mungkinkah… planet bumi yang hanya ada satu ini tuhannya lebih dari satu….?
Tidak ada sesuatupun yang memiliki titik sama seruapa, atau semisal dengan bentuk dan dimensi Dzat Alloh sehingga keberadaan; bentuk, dan dimensi Dzat Alloh tidak akan pernah terbayang oleh akal dan tidak akan pernah tersirat dalam hati.. Akan tetapi keberadaan Dzat Alloh akan bisa ditemukan hanya oleh Hamba-Nya yang memiliki Qolbun Salim (Hati atau Jiwa Yang Bersih), yakni bersih dari kemusyrikan.
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan (Bentuk Dzat) Dia. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat Qs 42:11.
Dan tidak ada sesuatupun yang semisal dengan (dimensi Dzat) Dia Qs 112:4.
2. Eksistensi Sifat Alloh
Keberadaan Sifat Alloh adalah melekat pada Dzat-Nya. Sifat Alloh yang wajib diyakini oleh kita ada 13, yakni;
(1) WUJUD, artinya; Ada. Keberadaan Dzat Alloh tidak ada awalnya dan tidak ada yang menciptakan-Nyapertama kali. Jika keberadaan Dzat Alloh ada permulaan-Nya, maka berarti harus ada Dzat yang menciptakan pertama kali (DAOR); jika hal tersebut terjadi, maka berarti keberadaan Dzat Alloh itu LEMAH, jika Alloh Lemah maka MUSTAHIL.
(2) QIDAM, artinya; Terdahulu, dimana terdahulunya Dzat Alloh tidak ada Dzat yang menciptakan-Nya dan tidak ada awal-Nya. Jika keberadaan Dzat Alloh itu ada awal-Nya. maka keberadaan Dzat Alloh sangat membutuhkan terhadap Dzat yang telah mengadakan pertama kalinya, jika hal tersebut terjadi, maka berarti keberadaan Dzat Alloh itu bersifat LEMAH, Jika Alloh Lemah… maka itu mah bukan TUHAN.
(3) BAQO, artinya; Kekal, kekal-Nya Dzat Alloh tidak ada awal-Nya dan tidak akan pernah ada akhir-Nya.
(4) MUKHOLAFATULIL HAWADITS, artinya; Berbeda dengan sesuatu. Keberadaan Dzat Alloh tidak ada titik sama dengan sesuatu apa pun. Tidak ada sestupun yang serupa, semisal atau setara dengan keberadaan Dzat Alloh.
(5) QIYAMUHU BINAFSIH, artinya; Berdiri sendiri, Keberadaan atau eksistensi Dzat Alloh tidak memerlukan pihak lain untuk mengadakan diri-Nya, dan tidak memerlukan tempat untuk bertempat tinggal/bernaung/berlindung.
(6) WAHDANIYAT, artinya; Satu, Dzat Tuhan itu hanya ada satu, yakni Alloh saja. Diluar Alloh bukan Tuhan tapi makhluk hasil ciptaan Tuhan.
(7) QUDROT, artinya; Kuasa, keberadaan Dzat Alloh ialah berkuasa penuh untuk mengadakan dan mentiadakan segala sesuatu. Kekuasaan Alloh itu tidak ada awal-Nya, tidak kadang-kadang kuasa dan tidak akan pernah ada akhir-Nya.
(8) IRODAH, artinya Berkehendak, Keberadaan Dzat Alloh memiliki kehendak, keinginan, rencana (Program), Setiap kehendak, keinginan, rencana atau program Alloh pasti terjadi, tidak akan pernah gagal.
(9) ILMU, artinya Mengetahui, Pengetahuan Dzat Alloh bukan hasil belajar/riset, tidak ada awal-nya dan tidak akan pernah ada akhirnya.
(10) HAYAT, artinya; Hidup, Hidup-Nya Dzat Alloh tidak ada awal-Nya, tidak ada yang menghidupkan dan tidak akan pernah ada akhir-Nya.
(11) BASHOR, artinya; Melihat-Nya Dzat Alloh tidak terbatas oleh tempat, ruang dan waktu. Karena melihat.-Nya Dzat Alloh bukan dengan indra mata, tapi dengan sifat SAMA-NYA DIA.
(12) SAMA, artinya; Mendengar-Nya Dzat Alloh tidak terbatas oleh tempat, ruang dan waktu. Karena melndengar.-Nya Dzat Alloh bukan dengan indra telinga, tapi dengan sifat BASHOR-NYA DIA.
(13) KALAM, artinya Berbicara. Berbicara-Nya Dzat Alloh bukan dengan suara, isyarat atau kode, tapi dengan sifat KALAM-NYA DIA.
Kesimpulan:
TIDAK ADA SESUATU PUN YANG MEMILIKI TITIK SAMA DENGAN SIFAT-SIFAT YANG DIMILIKI OLEH DZAT ALLOH DENGAN SELURUH KESEMPURNAAN-NYA.
3. Makrifat Terhadap Eksistensi Asma Alloh (Mengenal Nama-Nama Alloh).
1. Lafadz Alloh adalah merupakan nama Tuhan Sang Pencipta, Pemilik, Penggenggam, Pemelihara, Pengurus, Pengatur, Pengendali dan Penguasa Alam semesta; langit dan bumi beserta seluruh isinya. Tidak ada Tuhan kecuali Alloh dan diluar Alloh namanya bukan Tuhan, tapi makhluk hasil ciptaan Tuhan. Dan seluruh Kitab Suci yang telah diwahyukan kepada Para Rosul-Nya, menerangkan bahwa nama Tuhan itu ialah Alloh Qs 13:16. Alloh ialah satu-satunya Raja yang hak di abdi, dipuja, diagungkan, disanjung, dijadikan kekasih dan yang hak dijadikan idola oleh setiap makhluk yang ada di langit dan di bumi ini. Adapun untuk nama-nama lain dari Alloh yang ada dalam Asma’ul Husna, maka menunjukkan pula keberadaan sifat yang melekat pada Dzat Alloh dan merupakan kata berita yang menerangkan tentang keberadaan Sifat-Sifat Alloh.
2. Ar-Rohman (Maha Pengasih) Qs 2:163 / 13:30 / 20:5,109 / 50:33 / 78:38 .
3. Ar-Rohim (Maha Penyayang) Qs 1:3 / 4:64 / 27:30 / 34:2.
4. Al-Malik (Maha Merajai) Qs 3:26 / 59:23.
5. Al-Quddus (Maha Berih dari Noda dan Cacat) Qs 59:23 / 62:1.
6. As-Salam (Maha Penyelamat) Qs 59:23.
7. Al-Mu’min (Maha Pemelihara Keamanan) Qs 59:23.
8. Al-Muhaimin (Maha Penjaga) Qs 5:48 / 59:23.
9. Al-Aziz (Maha Perkasa) Qs 3:4 / 11:66 / 27:9 / 38:66 / 54:42 / 59:23.
10. Al-Jabbar (Maha Agung) Qs 59:23 .
11. Al-Mutakabbir (Maha Megah / Maha Angkuh) Qs 59:23.
12. Al-Kholiq (Maha Pencipta) Qs 6:102 / 15:28 / 40:62.
13. Al-Bari (Maha Pembuat) Qs 2:54 / 59:23.
14. Al-Mushowwir (Maha Pembentuk) Qs 3:6 / 40:64 / 59:24
15. Al-Ghoffar (Maha Pengampun) Qs 38:66 / 39:5 / 71:10.
16. Al-Qohhar (Maha Pemaksa) Qs 13:16 / 38:65 / 39:4.
17. Al-Wahhab (Maha Pemberi) Qs 3:8 / 38:9.
18. Al-Rozzak (Maha Pemberi Rizki) Qs 51:58.
19. Al-Fattah (Maha Membukakan) Qs 34:26.
20. Al-‘Alim (Maha Mengetahui) Qs 2:181,247 / 3:35 / 6:13.
21. Al-Qobidl (Maha Menggenggam dan Menahan) Qs 2:245.
22. Al-Basit (Maha Meluaskan / Melepaskan) Qs 17:30.
23. Al-Khofid (Maha Menjatuhkan / Merendahkan) Qs 56:23.
24. Ar-Rofi (Maha Mengangkat) Qs 2:253 / 3:55 / 58:11.
25. Al-Mu’iz (Maha Memberi Kemuliaan) Qs 3:26.
26. Al-Mudzil (Maha Memberi Kehinaan) Qs 3:26.
27. As-Sami’ (Maha Mendengar) Qs 2:181 / 6:13 / 17:1 / 40:20,56.
28. Al-Bashir (Maha Melihat) Qs 4:58 / 17:71 / 40:20,56 / 67:59.
29. Al-Hakam (Maha Penetap Hukum) Qs 5:58 / 6:114 / 10:109 / 12:40 / 13:41.
30. Al-‘Adlu (Maha Adil).
31. Al-Latif (Maha Halus / Lembut) Qs 6:103 / 12:100 / 67:14.
32. Al-Khobir (Maha Waspada) Qs 6:18,103 / 34:1 / 59:18 / 100:1.
33. Al-Halim (Maha Penghiba / Penyantun) Qs 9:114 / 17:44 / 64:17.
34. Al-‘Azhim (Maha Agung) Qs 3:74 / 56:96 / 69:52.
35. Al-Ghofur (Maha Kaya) Qs 2:235 / 34:2 / 48:14 / 64:14.
36. Asy-Syakur (Maha Pembalas) Qs 35:30 / 64:17.
37. Al-‘Aliy (Maha Tinggi) Qs 2:255 / 4:34 / 22:62 / 40:12.
38. Al-Kabir (Maha Besar) Qs 13:9 / 22:62 / 40:12.
39. Al-Hafizh (Maha Pemelihara) Qs 11:57 / 12:64 / 42:6 / 50:52.
40. Al-Mukit (Maha Memberi Kecukupan).
41. Al-Hasib (Maha Penghitung) Qs 4:6 / 6:62.
42. Al-Jalil (Maha Luhur) Qs 55:27.
43. Al-Karim (Maha Pemurah) Qs 27:40.
44. Ar-Roqib (Maha Peneliti / Mengawasi) Qs 4:1 / 33:52.
45. Al-Mujid (Maha Mengabulkan) Qs 2:186 / 11:61 / 37:35.
46. Al-Wasi (Maha Luas) Qs 2:247 / 3:73 / 24:32.
47. Al-Hakim (Maha Bijaksana) Qs 6:83 / 11:1 / 95:8 / 27:9 / 34:1 / 39:1.
48. Al-Wadud (Maha Mengasihi) Qs 11:90 / 85:14.
49. Al-Majid (Maha Mulia) Qs 11:73 / 85:15.
50. Al-Ba’its (Maha Membangkitkan) Qs 2:56 / 16:84 / 16:89.
51. Asy-Syahid (Maha Menyaksikan) Qs 33:55 / 34:47.
52. Al-Haq (Maha Benar) Qs 22:62 / 31:30.
53. Al-Wakil (Maha Memelihara Penyerahan) Qs 4:81 / 17:65.
54. Al-Qowiy (Maha Kuat) Qs 8:52 / 11:66 / 57:25.
55. Al-Mathin (Maha Kokoh) Qs 7:183 / 51:58 / 68:45.
56. Al-Waliy (Maha Melindungi) Qs 4:45 / 42:28 / 33:17.
57. Al-Hamid (Maha Terpuji) Qs 11:73 / 14:1 / 42:28.
58. Al-Muhshi (Maha Menghitung / Menghisab) Qs 19:94 / 72:28.
59. Al-Mubdi (Maha Memulai) Qs 33:37 / 85:13.
60. Al-Mu’id (Maha Mengulangi) Qs 85:13.
61. Al-Muhyi (Maha Menghidupkan) Qs 30:50 / 44:8.
62. Al-Mumit (Maha Mematikan) Qs 44:8.
63. Al-Hayyu (Maha Hidup) Qs 2:255 / 3:2 / 40:65.
64. Al-Qoyyum (Maha Berdiri Sendiri) Qs 2:255 / 3:2 / 20:111.
65. Al-Wajid (Maha Kaya) Qs 93:6-8.
66. Al-Majid (Maha Mulia) Qs 85:15.
67. Al-Wahid (Maha Esa) Qs 13:16 / 21:108 / 38:65.
68. Ash-Shomad (Maha Dibutuhkan) Qs 112:2.
69. Al-Qodir (Maha Kuasa / Maha Berdaulat) Qs 30:50,54 / 6:65 / 10:65.
70. Al-Muqtadir (Maha Menentukan) Qs 18:45.
71. Al-Muqoddim (Maha Mendahulukan) 15:24.
72. Al-Mu’akhir (Maha Mengakhirkan) Qs 15:24 / 11:104.
73. Al-Awwal (Maha Pertama) Qs 57:3.
74. Al-Akhir (Maha Akhir) Qs 57:3.
75. Adz-Dzohir (Maha Nyata) Qs 57:3.
76. Al-Bathin (Maha Tersembunyi) Qs 57:3.
77. Al-Wali (Maha Menguasai / Memimpin) Qs 13:11 / 12:101.
78. Al-Muta’ali (Maha Suci) 13:9.
79. Al-Barri (Maha Dermawan) Qs 52:28.
80. At-Tawwab (Maha Penerima Taubat) Qs 2:54 9:104 / 110:16.
81. Al-Muntaqim (Maha Menyengsarakan) 39:37 / 43:41 / 44:16.
82. Al-‘Afuw (Maha Pemaaf) Qs 4:43,99 / 22:60.
83. Ar-Rouf (Maha Mensejahterakan) Qs 2:207 / 9:117 / 59:10.
84. Al-Malikul Mulk (Maha Menguasai Kerajaan / Pemerintahan) Qs 3:26.
85. Dzul Zalali Wal Ikrom (Maha Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan) Qs 55:27.
86. Al-Muqsith (Maha Mengadili) Qs 3:18.
87. Al-Jami’ (Maha Mengumpulkan) Qs 3:9 / 4:172 / 42:29.
88. Al-Ghoniy (Maha Kaya) Qs 4:131 / 6:133 / 22:64.
89. Al-Mughni (Maha Memberi Kekayaan).
90. Al-Mani’ (Maha Pembela).
91. Ad-Adoru (Maha Mencelakakan) Qs 48:11.
92. An-Nafi’ (Maha Memberi Kesenangan) Qs 48:11.
93. An-Nur (Maha Bercahaya) Qs 39:22.
94. Al-Hadi (Maha Pembimbing) Qs 39:23.
95. Al-Badi (Maha Pembaharu) Qs 2:117.
96. Al-Baqi (Maha Kekal) Qs 55:27.
97. Al-Warits (Maha Pewaris) Qs 15:23 / 21:89.
98. Ar-Rosyid (Maha Cerdik / Maha Pandai) Qs 18:10 / 18:17.
99. As-Shobur (Maha Penyabar) Qs 7:153.
Kesimpulan: TIDAK ada sesuatupun yang memiliki titik sama dengan keberadaan Nama-Nama Alloh dengan seluruh keempurnaan-Nya.
4. Ma’rifat Eksistensi Af’al Alloh (Mengenal Pekerjaan Alloh).
Segala sesuatu yang ada dan terjadi di langit maupun di planet bumi ini adalah merupakan buah karya /hasilkerja Alloh SWT.
Wujud Af’al Alloh ada 2, yaitu;
(1) Af’al Alloh Taqwin / Af’al Alloh Mudthor.
Yaitu pekerjaan Alloh yang tidak melibatkan upaya makhluk, seperti Alloh menciptakan, memelihara dan mengendalikan langit, bintang, matahari, bulan dan bumi. Atau Alloh menciptakan, memelihara dan mengendalikan ruh, jantung, darah, pernafasan dan alat pencernaan yang ada pada binatang dan manusia.
(2) Af’al Alloh tasyri / Af’al Alloh Mukhtar.
Yaitu pekerjaan Alloh yang secara kasad mata kita ada ikutserta dan upaya makhluk, seperti Alloh menciptakan bangunan, rumah, kendaraan, jalan, pakaian, alat tulis dan lain-lain.
Perkara yang mendukung terwujudnya Af’al Alloh Tasyri atau Af’al Alloh Mukhtar:
(a) Adanya Dzat Alloh Yang Berkuasa untuk menciptakan, menggenggam, memelihara dan mengendalikan alam semesta beserta seluruh isinya.
(b) Adanya sumber daya manusia yang telah diciptakan, dipelihara dan dikendalikan tiap organ tubuhnya supaya berfungsi sesuai dengan kehendak dan tujuan Alloh.
(c) Adanya sumber bahan (sumber daya alam) yang telah disediakan oleh Alloh.
(d) Adanya ide dan ilmu pengetahuan hasil ciptaan Alloh yang kemudian disimpan pada memory akal manusia yang selanjutnya dipelihara dan difungsikan sesuai dengan kehendak-Nya.
(e) Adanya unsur-unsur lain yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia seperti; oksigen, air, makanan, cahaya, gaya grafitasi, suhu, matahari, tumbuhan, daging hewan, ikan (flora dan fauna), dan lain sebagainya yang keseluruhannya itu disediakan dan dikendalikan penuh oleh Alloh SWT.
Fungsi dan kedudukan Alloh adalah sebagai fa’il (subjek), yakni; yang mengadakan, yang mengerjakan, yang mengendalikan dan yang akan mentiadakan seluruh makhluk. Itulah wujud af’al Alloh. Sedangkan fungsi dan kedudukan makhluk adalah hanyalah sebagai maf’ul (objek), yakni yang diadakan, yang diciptakan, yang dihidupkan, yang dimampukan, yang dikuasakan, yang dipelihara, yang digerakkan dan yang dikendalikan sepenuhnya oleh Alloh Sang Pemilik dan Penguasa langit dan bumi beserta seluruh isinya Qs 10:3,55 / 19:65 / 20:6.
Kesimpulan: Tidak ada sesuatupun yang mampu untuk menghasilkan atsar kerja atau hasil kerja (af’al) kecuali hanya Alloh saja. Dan tidak ada sesuatupun yang setara, sebanding, serupa atau semisal dengan hasil pekerjaan Alloh (af’al Alloh).
5. Makrifat Kepada Rububiyah Alloh.
Pengertian Rububiyah;
Kata Rububiyah berasal dari kata; Robb yang secara bahasa merupakan kata kerja dari; Robb-Yarobbu-Robban, yang berarti; Pencipta, Pengatur, Pemelihara, Pemilik.
(a) Pencipta segala sesuatu;
Pencipta risalah (ajaran, tuntunan, pedoman dan konsep hidup).
Pencipta syari’at; aturan / undang-undang danPencipta hukum.
Pencipta alam semesta beserta seluruhw isinya.
(b) Pengatur (Pembuat aturan dan hukum).
(c) Pemelihara.
(d) Pemilik segala sesuatu.
Sedangkan kata bendanya adalah Robbun dengan bentuk jamaknya Arbaabun yang berarti; Pemilik, Majikan, Tuan atau Tuhan.
Jadi yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyah adalah meyakini, mengakui dan menetapkan dalam hati bahwa langit dan bumi beserta seluruh isinya adalah merupakan hasil ciptaan dan milik Alloh SWT Qs 10:3,55 / 20:6, maka yang berhak untuk menciptakan ajaran; syari’at, aturan, undang-undang dan hukum untuk dijadikan pedoman dalam manata dan mengatur seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi ini hanya-lah hak Alloh saja Qs 7:54 / 22:67 / 42:13 / 45:18 / 13:37,41 / 10:37 / 6:57 / 33:36. Jika ada manusia yang menciptakan ajaran; syari’at, aturan, undang-undang dan hukum, tanpa ada otoritas (kewenangan resmi) dari Alloh SWT, maka itulah orang yang divonis oleh Alloh SWT sebagai Thogut (pemberontak / perebut hak Alloh). Qs 4:60,76 / 6:112,123.
Ingatlah…!!! Menciptakan (segala sesuatu) dan memerintah hanyalah hak Alloh Qs 7:54.
Sedangkan orang yang diberi otoritas (kewenangan resmi) oleh Alloh SWT untuk menggulirkan ajaran; aturan dan hukum hasil ciptaan Alloh (Kitabulloh) di bumi ini hanya-lah para Rosul-Nya (Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW) Qs 7:158 / 21:105 / 42:13 / 9:33 / 48:28 / 61:9. Pangkat seorang Rosul saja tidak berhak untuk menciptakan ajaran; aturan dan hukum, ia hanya sebatas seorang mandataris Alloh SWT (pengemban amanat dari Alloh SWT). Setelah Rosululloh SAW wafat kemudian mandat (amanat) tersebut dilanjutkan oleh Ulil amri-Nya (kholifah / imam / pimpinan Dinul Islam berikutnya) seperti; Abu Bakar Sidiq r.a, Umar bin Khotob r.a, Utsman bin Affan r.a, Ali bin Abi Tholib r.a, dan seterusnya hingga sekarang ini Qs 3:144 / 4:59 / 24:55.
Kesimpulan: Ciri-Ciri Orang Yang Ma’rifat kepada Rububiyah adalah ia menyakini bahwa hanya Alloh saja satu-satunya Dzat yang berhak menduduki jabatan sebagai Robb (Pengatur; Pencipta aturan dan hukum) baik di langit maupun di planet bumi ini, di luar Alloh status jabatannya bukan sebagai Robb tapi sebagai makhluk yang harus tunduk, patuh dan taat secara totalitas terhadap aturan dan hukum yang telah di sediakan oleh tuhannnya.
Orang yang meyakini bahwa di luar ada sesuatu yang memiliki fungsi; kedudukan / jabatan sebagai Robb, maka berarti ia sedang dalam keadaan MUSYRIK RUBUBIYAH.
Sedangkan jika ada orang yang tidak mengakui eksistensi fungsi; kedudukan/jabatan Alloh sebagai Robb, maka ia sedang dalam keadaan KAFIR RUBUBIYAH.
6. Makrifat Kepada Eksistensi Mulkiyah Alloh Pengertian Mulkiyah.
Kata Mulkiyah berasal dari kata Al-Malik, yang berarti;
(a) Raja Qs 1:4 / 20:114 / 23:116 / 114:2.
Nama lain dari Raja adalah;
Penguasa, (Pemilik dan Pengendali Kekuasaan).
Pemimpin, (Pucuk Pimpinan / Pimpinan Tertinggi).
Pemerintah, (Tukang Nitah / Tukang Nyuruh; Kepala Pemerintahan).
(b) Lembaga Kerajaan Qs 2:251 / 5:120 / 6:73 / 22:56 / 25:2 / 57:5 / 67:1.
Nama lain dari Lembaga Kerajaan (Mulkiyah) adalah;
Lembaga Daulah (Lembaga Kekuasaan / Lembaga Kedaulatan) Qs 6:73 / 22:56 / 23:88 / 25:2-3.
Lembaga Kepemimpinan (Lembaga Khilafah) Qs 38:26.
Lembaga Pemerintahan (Lembaga Negara) Qs 2:247,251,258.
Ingatlah…!!! Menciptakan (segala sesuatu) dan memerintah hanyalah hak Alloh Qs 7:54.
Jadi yang dimaksud dengan orang Ma’rifat Kepada Mulkiyah adalah ia meyakini, mengakui dan menetapkan dalam hati bahwa langit dan bumi beserta seluruh isinya adalah merupakan hasil ciptaan dan milik Alloh SWT Qs 10:3,55 / 20:6, maka yang berhak untuk mendirikan Lembaga Kerajaan / Lembaga Pemerintahan di Jagat Raya ini dan yang berhak untuk memimpin dan memerintah seluruh makhluk yang ada di dalamnya ialah hanya-lah hak Alloh saja Qs 7:54 / 67:1 / 25:2 / 5:120 / 20:114 / 23:116 / 6:18,61,73 / 10:65.
Sedangkan orang yang diberi legalitas (izin resmi) oleh Alloh SWT untuk mendirikan Lembaga Kerajaan / Lembaga Pemerintahan dan yang diberi legalitas untuk memimpin dan memerintah di planet bumi ini hanya-lah para Rosul-Nya (Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW) Qs 7:158 / 21:105 / 42:13 / 9:33 / 48:28 / 61:9. Yang kemudian dilanjutkan oleh Ulil amri-Nya (kholifah / imam / pimpinan Dinul Islam berikutnya) seperti; Abu Bakar Sidiq r.a, Umar bin Khotob r.a, Utsman bin Affan r.a, Ali bin Abi Tholib r.a, dan seterusnya hingga sekarang ini Qs 3:144 / 4:59 / 24:55.
Jika ada manusia yang mendirikan Lembaga Kerajaan / Lembaga Pemerintahan kemudian ia memimpin dan memerintah di muka bumi ini tanpa ada legalitas (izin resmi) dari Alloh SWT, maka itulah orang yang divonis sebagai Thogut (pemberontak / perebut hak Alloh). Qs 4:60,76. Mereka inilah yang dimaksud oleh Alloh SWT sebagai pembuat makar (pembuat kejahatan / pemberontak) yang sebenarnya terhadap hak dan kedaulatan Alloh SWT Qs 6:112,123 / 6:61 / 10:65.
Ciri-Ciri Orang Yang Ma’rifat Kepada Mulkiyah Alloh adalah adalah ia menyakini bahwa hanya Alloh saja satu-satunya Dzat yang berhak menduduki jabatan sebagai Al-Malik (Raja, Penguasa, Pemimpin dan Pemerintah) baik di langit maupun di planet bumi ini, artinya;
(a) Meyakini bahwa hanya Alloh sajalah satu-satunya Dzat yang berhak menduduki jabatan sebagai Raja, di luar Alloh status kedudukannya bukan sebagai Raja tapi yang di rajai oleh Alloh.
(b) Meyakini bahwa hanya Alloh sajalah satu-satunya Dzat yang berhak menduduki jabatan sebagai Penguasa, di luar Alloh status kedudukannya bukan sebagai Penguasa tapi yang di kuasai oleh Alloh.
(c) Meyakini bahwa hanya Alloh sajalah satu-satunya Dzat yang berhak menduduki jabatan sebagai Pemimpin, di luar Alloh status kedudukannya bukan sebagai Pemimpin tapi yang di pimpin oleh Alloh
(d) Meyakini bahwa hanya Alloh sajalah satu-satunya Dzat yang berhak menduduki jabatan sebagai Pemerintah atas sesuatu, di luar Alloh status kedudukannya bukan sebagai Pemerintah tapi yang di perintah oleh Alloh.
Kesimpulan:
Tidak ada Al-Malik (Raja/Pengusa/Pimpinan/Pemerintah) yang berhak untuk eksis baikdilangit maupun di muka bumi ini kecuali Alloh saja.
Jika ada orang yang meyakini bahwa di luar Dzat Alloh ada manusia atau ada sesuatu yang memiliki fungsi; kedudukan/jabatan sebagai AL-MALIK, Maka berarti ia dalam keadaan MUSYRIK MULKIYAH.
Sedangkan jika ada orang yang menolak eksistensi Mulkiyah Alloh (Kerajaan Islam/ Pemerintahan Islam), maka ia sedang alam Kafir terhadap Mulkiyah Alloh, seperti halnya Abu jahal Cs
7. Makrifat Kepada Uluhiyah Alloh Pengertian Uluhiyah.
Kata Uluhiyah berasal dari kata; Aliha – Ya’lahu – Ilaahan, yang berarti; yang dicintai, yang ditaati, yang dijadikan tempat pengabdian (tempat ibadah) dan yang dijadikan tujuan hidup.
Jagi yang dimaksud dengan Ma’rifat Kepada Uluhiyah Alloh adalah ia meyakini, mengakui dan menetapkan dalam hati bahwa langit dan bumi beserta seluruh isinya adalah merupakan hasil ciptaan dan milik Alloh SWT Qs 10:3,55 / 20:6, maka yang berhak untuk ditaati aturan dan kebijakan hukum-hukumnya oleh seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi ini adalah hanyalah hak Alloh saja Qs 16:52 / 39:11 / 40:14,65 / 3:18 / 6:3 / 17:44 / 22:18 / 24:41 / 7:59,206 / 16:2,49 / 40:62-66 / 18:110 / 20:14 / 21:25 / 98:5.
Jika ada makhluk atau manusia atau siapa saja yang meminta dirinya supaya ditaati setiap aturan dan kebijakan hukum-hukumnya, maka itulah yang dimaksud dengan Thogut (pemberontak / perebut hak Alloh). Sedangkan orang yang diberi legalitas (izin resmi) oleh Alloh SWT untuk supaya ditaati setiap aturan dan kebijakan hukum-hukumnya hanya-lah Rosululloh SAW dan Ulil amri-Nya (kholifah / imam / pimpinan Dinul Islam berikutnya) seperti; Abu Bakar Sidiq r.a, Umar bin Khotob r.a, Utsman bin Affan r.a, Ali bin Abi Tholib r.a, dan seterusnya hingga sekarang ini, selain itu tidak ada lagi yang diberi legalitas (Izin resmi) oleh Alloh SWT…..!!! Qs 3:32,132 / 4:59,69,80 / 8:20,24,46 / 6:36.
Ciri-Ciri Orang Yang Ma’rifat Kepada Uluhiyah Alloh adalah ia menyakini bahwa hanya Alloh saja satu-satunya Dzat yang berhak menduduki jabatan sebagai Al-ILAH (Yang Ditaati / Yang Dijadikan Tempat Pengabdian) oleh seluruh makhluk baik yang ada di langit maupun di planet bumi ini.
TAMAT
Kamis 21 Juli 2011
TUHAN….
Dalam setiap nafas yang ku hirup
Tetesan air yang ku minum
Semua ada nama MU
Yang membuat aku semakin rindu
Seluruh alam ini memuja MU
Semua yang kau ciptakan ada tertulis nama indah MU
TUHAN….
Tak bisa ku ungkapkan betapa rindu aku pada MU
Sangat dalam dan dalam….
Semakin hari aku tak bisa berpaling dari MU
Walau Cuma sesaat…
Kamis 21 Juli 2011
Wahai yang tidak aku kenali
ku panjat gunung yang tinggi
sangkaku Engkau berada di puncaknya
namun tidak ku temui Engkau di sana. Lalu aku terjun dari puncak gunung
jika Engkau ada pasti Engkau tidak membiarkan daku.
Tangan Kudrat Iradat-Mu menyambar ku
aku terbang dengan sayap Rahmani-Mu
mengembara ke seluruh alam maya
namun tidak ku temui Engkau di dalam alam.
Hatiku mengatakan Engkau ada
lalu aku keluar daripada alam
dan aku terjun ke dalam hatiku.
Di sana aku temui kebodohanku
bodohnya aku menyangka akulah Aku
sedangkan Dia jualah Aku
dan aku tiada beserta Dia.
Bila aku tiada beserta Dia
tinggallah Dia sendirian
rindulah Dia kepada diriku
lalu Dia terjun ke dalam hatinya
di sana Dia berjumpa Aku
Aku menyambutnya dengan tersenyum.
Aku dan Dia
Dia dan Aku
bukan dua dan bukan Satu
satu masih berbentuk
masih berjarak titik atas dengan bawah
sedangkan Aku dan Dia
tiada antara
bukan juga titik yang halus
titik yang halus masih menempati ruang
sedangkan Aku dan Dia
tiada rupa tiada bentuk tiada ruang tiada zaman.
Aku adalah Dia
Dia adalah Aku
tiada beza antara Aku dan Dia
bila aku cuba mengenali Dia
aku tidak kenal lagi diriku
aku tidak kenal lagi diri Dia
bila dia cuba mengenali diriku
dia tidak kenal lagi dirinya
dia tidak kenal lagi diriku.
Tiada lagi kenyataan
tiada juga keghaiban.
Pengenalan sebenar adalah tidak kenal
pengetahuan sebenar adalah tidak tahu.
Aku adalah rahsia Dia
Dia adalah rahsia Aku
usah diganggu rahsia ini.
Kamis 21 Juli 2011
Diriku telah hilang
ghaib di dalam gua yang dalam
gelap gulita
puasku mencarinya
namun tidak ku temui
sesekali gelibatnya melintasi di hadapan ku
bila aku cuba memegang dia kembali menghalang.
Wahai Yang Maha Melihat
lihatlah betapa kasih aku kepada diriku
bila Engkau memisahkan daku daripadanya
masih juga daku mencari-carinya.
Maulaya, Wahai Pelindung diriku
selamatkan daku daripada fitnah diriku sendiri
janganlah Engkau lepaskan daku kepada sesuatu selain-Mu
walau sekelip mata jua
ikatkan daku dengan rantai ubudiah
sepanjang hayatku
agar Engkau sentiasa esa
tiada sesuatu menggangu keesaan-Mu
Engkau ciptakan Firaun, Haman dan Qarun
Mereka adalah sebesar-besar penderhaka terhadap-Mu
Namun Engkau kurniakan dunia seluruhnya kepada mereka
Itulah tandanya
Dunia ini tidak melebihi sebelah sayap nyamuk pada sisi-Mu
Tapi nafsu kami masih juga terliur
Melihat keagungan Firaun, kepintaran Haman dan kekayaan Qarun
Nafsu kami masih inginkan
Sayap nyamuk yang sebelah itu.
Nafsu sangat sabar menyembunyikan laparnya
Sesekali ia menghantar isyarat
Jika Engkau menjawab ia akan bangun
Di kala itu Engkau akan tertawan.
Nafsu umpama sebuah kenderaan
Enjinnya ialah tamak
Rodanya ialah dengki dan khianat
Seteringnya ialah tipudaya
Bila kenderaan ini berjalan
Ia meninggalkan asap kotor di belakang
Tetapi si pemandu asyik memandang ke hadapan
Tidak pernah melihat pencemaran yang ditinggalkan.
Nafsu adalah sebahagian daripada dirimu
Ia boleh diam dan tidur tetapi tidak berputus asa
Perlulah engkau sentiasa berwaspada.
Di poskan Oleh K_Tib/Yto
21 Juni 2011